Kamis, 13 Juni 2013

FREAK



“Krscckkssckk…” Suara itu hampir memecahkan kesunyian malam ini.
“Sssssttt…” Desis Andrew pada Jenny yang tidak sengaja menginjak ranting pohon. Langkah Jenny pun terhenti, diangkatnya kaki kirinya dan berjalan perlahan mengendap-endap.
Ini lah malam kedua Jenny dan Andrew melancarkan aksinya, aksi gila mereka untuk melucuti semua baju dan sepatu Richo. Seminggu lalu, mereka hampir dikeroyok massa karna dikira maling, tapi untunglah mereka pintar bersandiwara, sehingga satpam dan beberapa warga percaya akan kebohongan mereka. Di sisi lain, Richo seorang lelaki yang terkenal sebagai FREAK man itu mulai memejamkan matanya pekat. Ditariknya sebuah selimut Winnie the pooh pemberian wanita pujaannya. Lelaki freak ini  sudah sering kali di jahili oleh Andrew dan Jenny. Alasannya sepele, Andrew tidak bisa menerima kenyataan bahwa Richo lebih tampan darinya. Malam semakin dingin, angin membelai seluruh tubuh mereka yang masih asyik mengendap-endap bak penyusup malam hari. Kostan yang memiliki dua lantai itu terlihat sepi tepat pukul 01.00 dini hari. Satpam yang menjaga pun berhasil mereka lumpuhkan dengan secangkir kopi dan obat tidur.
“Ndrew, lihat tuh.. ada cewek deket satpam.” Langkah Jenny terhenti ketika menyadari seseorang memperhatikan mereka. Jenny pun menunjuk seorang wanita seusianya yang tengah mematung disebelah kiri pos satpam, wajahnya sangat pucat.
“Biarin aja, dia juga sama freak nya kok sama si Richo itu. Paling dia terpesona sama ketampanan gue.” Ujar Andrew pede. Jenny pun tidak memperdulikan ucapan Andrew, dia kembali focus menaiki anak tangga mencari kamar bernomor 17. Setelah mereka menemukan kamar tersebut, langkah mereka terhenti. Dengan lincah Jenny mengeluarkan jepit rambutnya dan mulai mengorek pintu kamar Richo. Berhasil.
“Well.. bukan sesuatu yang sulit.” Ujar Jenny bangga, dengan hasil kerjanya yang mirip seperti maling.
“Jen, tengok kesamping kanan loe.” Suruh Andrew, Jenny pun melirik kearah yang dituju. Wanita pucat itu masih memperhatikan mereka yang sibuk menjalankan misi.
“Dia cuma ngefans sama loe.” Ucap Jenny, angin serasa membelai tengkuk leher keduanya. Mereka saling menatap, perasaan takut tiba-tiba menyelimuti mereka. Wanita itupun sudah tidak ada lagi didekat tangga. Menghilang.
***       
HOT NEWS
Seorang wanita bernama Ariana berusia 22 tahun, tewas di sebuah rumah kost Putri Kencana pada pukul 12.00 dini hari, korban ditemukan dilantai bawah kost tersebut dalam keadaan telungkup. Belum dapat dipastikan penyebab tewasnya Ariana, saat ini polisi setempat masih menyelidiki kasus tersebut. Sekian terima kasih.
***
“Ssrrrtrrt..” Andrew melempar surat kabar didepan Jenny. Jenny yang tengah asyik menghabiskan soft drink miliknya tampak acuh dengan surat kabar tersebut. “Shitt..!! Ternyata wanita yang kita temui tadi malam itu dia.” Maki Andrew, sambil menunjuk sebuah foto dalam surat kabar. Kemudian ia mengambil rokok kesukaannya dari saku celana miliknya, menikmati aroma nikotin yang ia hisap.
“Hahahahaha.” Jenny hanya mampu terkekeh mendengar ucapan Andrew. “Gak nyangka gue, fans loe mahkluk gaib gitu.” Tambah Jenny, senyum manisnya terkembang dari kedua lesung pipinya. Andrew semakin cemberut menerima ledekkan Jenny. “Kayaknya hari ini Richo gak masuk bro, daritadi gue perhatiin gak kelihatan batang idungnya.” Ucap Jenny, di liriknya Andrew yang masih menikmati rokoknya.
“Mungkin dia lagi ribet nyariin kolor nya yang raib entah dimana. Hahahahahaha.” Andrew tertawa lepas.  Jenny ikut merasakan kepuasan atas kesuksesan rencana mereka.
***
                Richo duduk sendirian disudut perpustakan, waktu menunjukkan pukul 17.00 WIB, dia tidak sibuk membaca buku. Tapi dia sibuk termenung, Ariana. Wanita pujaan hatinya telah tewas, polisi memberitahukan penyebab kematiaannya itu bukanlah kesengajaan. Di duga Ariana terpleset saat menuruni anak tangga kostan. Richo tidak percaya dengan semua kejadian tersebut, untuk apa Ariana meninggalkan kostan tengah malam? Ada sebuah keganjalan dihatinya, Ariana meninggal tepat saat barang-barang nya raib dilucuti Andrew dan Jenny, ya kedua manusia itu tak pernah jera mengerjainya. Dia menyadari hal tersebut saat ia tidak sengaja mendengar obrolan keduanya dikantin kampus. Richo tidak mampu membayangkan semuanya, jika semua ini benar-benar dilakukan oleh kedua manusia itu ia wajib memberi mereka pelajaran. Kepalan tanggannya hampir melayang pada rak-rak buku yang tersusun rapi, ketika sekelibat dua orang insan berlalu didepannya. Untunglah dia masih mampu menahan emosinya, Richo pun bangkit dan mengikuti langkah mereka.
***
“Brukk…!!” Andrew terhempas ke lantai, Richo masih mengamatinya dengan wajah geram. Tapi rasa Pening tak mampu mengampuninya, ia pun ikut tersungkur. Ruangan itu sepi, hanya ada Jenny, Andrew, Richo, dan buku-buku yang menjadi saksi bisu.
“Andrew…!! Bangun..! Bangun…!!” Jenny menggoyang-goyangkan tubuh Andrew yang sudah tidak bernyawa. Nafasnya tak beraturan, ia memeluk Andrew dengan erat sesekali ia tertawa seperti orang gila. Sesekali ia histeris menangis.
***
Pisau itu berada dalam genggaman Richo, pisau yang menjadi eksekutor bagi Andrew. Sebuah tongkat baseball yang ditemukan polisi tepat disamping Richo pun dijadikan polisi sebagai bukti. Richo tak mampu mengelak, bahwa pada kenyataannya dia lah satu-satunya orang yang dijadikan tersangka pada malam naas tersebut. Seantero Univesitas tidak menyangka bahwa seorang Richo yang diam dan memiliki prestasi belajar yang menakjubkan, mampu menjadi seorang psikopat yang sangat mengerikan. Sedangkan Jenny, korban selamat dari dugaan amukan Richo masih tidak sadarkan diri di Rumah sakit.
***
Beberapa hari kemudian
“Please gue mohon Ndrew..!” Suara itu persis dengan suara Jenny.
“Gila loe, gak mungkin lah. Loe itu sahabat gue gak mungkin jadi pacar gue Jen.” Suara Andrew protes, mendengar permohonan Jenny.
“Sumpah demi apapun yang ada di dunia ini gue Cinta sama loe Ndrew.” Jenny teriak. Andrew tetawa mendengar kata-kata Jenny.
“Loe? Cinta? Jenny.., lihat diri loe..!! loe tuh bukan Mona yang seksi dan berdada besar. Loe tuh.. arrrggghhhh.. bukan tipe gue Jen.” Hinaan Andrew membuat Jenny terdiam sesaat. Hening.
“Gue lebih rela loe mati daripada loe jadi milik orang lain.” Ujar Jenny. Kemudian sepi lagi.
“Brukkk..” Suara itu memecah kesunyian.
“Brukkk..” Suara benda jatuh untuk kedua kalinya terdengar.
“Dasar bodoh, freak man. Idiot.” Cerca Jenny mengamuk. “Nikmatin perjalanan hidup loe dipenjara..! Gue yakin polisi akan mengira loe yang bunuh Andrew. PUAS gue.” Ucap Jenny.
Semua saling berpandangan, mereka sudah tahu siapa yang salah. Untunglah Richo sempat merekam perbincangan antara Andrew dan Jenny sebelum kejadian naas itu menimpa Andrew. Dan untung lah handphonenya tidak mati dan mensave semuanya sampai akhir. Richo bernafas lega, dia bukanlah pembunuh yang ditudingkan banyak orang. Keadilan memang selalu berpihak pada yang benar. J

Tidak ada komentar:

Posting Komentar