“Krscckkssckk…” Suara itu hampir memecahkan kesunyian malam ini.
“Sssssttt…” Desis Andrew pada
Jenny yang tidak sengaja menginjak ranting pohon. Langkah Jenny pun terhenti,
diangkatnya kaki kirinya dan berjalan perlahan mengendap-endap.
Ini lah malam kedua
Jenny dan Andrew melancarkan aksinya, aksi gila mereka untuk melucuti semua
baju dan sepatu Richo. Seminggu lalu, mereka hampir dikeroyok massa karna
dikira maling, tapi untunglah mereka pintar bersandiwara, sehingga satpam dan
beberapa warga percaya akan kebohongan mereka. Di sisi lain, Richo seorang
lelaki yang terkenal sebagai FREAK man itu mulai memejamkan matanya pekat.
Ditariknya sebuah selimut Winnie the pooh pemberian wanita pujaannya. Lelaki
freak ini sudah sering kali di jahili
oleh Andrew dan Jenny. Alasannya sepele, Andrew tidak bisa menerima kenyataan
bahwa Richo lebih tampan darinya. Malam semakin dingin, angin membelai seluruh
tubuh mereka yang masih asyik mengendap-endap bak penyusup malam hari. Kostan
yang memiliki dua lantai itu terlihat sepi tepat pukul 01.00 dini hari. Satpam
yang menjaga pun berhasil mereka lumpuhkan dengan secangkir kopi dan obat
tidur.
“Ndrew, lihat tuh.. ada cewek
deket satpam.” Langkah Jenny terhenti ketika menyadari seseorang memperhatikan
mereka. Jenny pun menunjuk seorang wanita seusianya yang tengah mematung
disebelah kiri pos satpam, wajahnya sangat pucat.
“Biarin aja, dia juga sama freak
nya kok sama si Richo itu. Paling dia terpesona sama ketampanan gue.” Ujar
Andrew pede. Jenny pun tidak memperdulikan ucapan Andrew, dia kembali focus
menaiki anak tangga mencari kamar bernomor 17. Setelah mereka menemukan kamar
tersebut, langkah mereka terhenti. Dengan lincah Jenny mengeluarkan jepit
rambutnya dan mulai mengorek pintu kamar Richo. Berhasil.
“Well.. bukan sesuatu yang
sulit.” Ujar Jenny bangga, dengan hasil kerjanya yang mirip seperti maling.
“Jen, tengok kesamping kanan
loe.” Suruh Andrew, Jenny pun melirik kearah yang dituju. Wanita pucat itu
masih memperhatikan mereka yang sibuk menjalankan misi.
“Dia cuma ngefans sama loe.” Ucap
Jenny, angin serasa membelai tengkuk leher keduanya. Mereka saling menatap,
perasaan takut tiba-tiba menyelimuti mereka. Wanita itupun sudah tidak ada lagi
didekat tangga. Menghilang.
***
HOT NEWS
Seorang wanita bernama Ariana berusia
22 tahun, tewas di sebuah rumah kost Putri Kencana pada pukul 12.00 dini hari,
korban ditemukan dilantai bawah kost tersebut dalam keadaan telungkup. Belum dapat
dipastikan penyebab tewasnya Ariana, saat ini polisi setempat masih menyelidiki
kasus tersebut. Sekian terima kasih.
***
“Ssrrrtrrt..” Andrew melempar
surat kabar didepan Jenny. Jenny yang tengah asyik menghabiskan soft drink
miliknya tampak acuh dengan surat kabar tersebut. “Shitt..!! Ternyata wanita
yang kita temui tadi malam itu dia.” Maki Andrew, sambil menunjuk sebuah foto
dalam surat kabar. Kemudian ia mengambil rokok kesukaannya dari saku celana
miliknya, menikmati aroma nikotin yang ia hisap.
“Hahahahaha.” Jenny hanya mampu
terkekeh mendengar ucapan Andrew. “Gak nyangka gue, fans loe mahkluk gaib
gitu.” Tambah Jenny, senyum manisnya terkembang dari kedua lesung pipinya.
Andrew semakin cemberut menerima ledekkan Jenny. “Kayaknya hari ini Richo gak
masuk bro, daritadi gue perhatiin gak kelihatan batang idungnya.” Ucap Jenny,
di liriknya Andrew yang masih menikmati rokoknya.
“Mungkin dia lagi ribet nyariin
kolor nya yang raib entah dimana. Hahahahahaha.” Andrew tertawa lepas. Jenny ikut merasakan kepuasan atas kesuksesan
rencana mereka.
***
Richo
duduk sendirian disudut perpustakan, waktu menunjukkan pukul 17.00 WIB, dia
tidak sibuk membaca buku. Tapi dia sibuk termenung, Ariana. Wanita pujaan
hatinya telah tewas, polisi memberitahukan penyebab kematiaannya itu bukanlah
kesengajaan. Di duga Ariana terpleset saat menuruni anak tangga kostan. Richo
tidak percaya dengan semua kejadian tersebut, untuk apa Ariana meninggalkan
kostan tengah malam? Ada sebuah keganjalan dihatinya, Ariana meninggal tepat
saat barang-barang nya raib dilucuti Andrew dan Jenny, ya kedua manusia itu tak
pernah jera mengerjainya. Dia menyadari hal tersebut saat ia tidak sengaja
mendengar obrolan keduanya dikantin kampus. Richo tidak mampu membayangkan
semuanya, jika semua ini benar-benar dilakukan oleh kedua manusia itu ia wajib
memberi mereka pelajaran. Kepalan tanggannya hampir melayang pada rak-rak buku
yang tersusun rapi, ketika sekelibat dua orang insan berlalu didepannya. Untunglah
dia masih mampu menahan emosinya, Richo pun bangkit dan mengikuti langkah
mereka.
***
“Brukk…!!” Andrew terhempas ke
lantai, Richo masih mengamatinya dengan wajah geram. Tapi rasa Pening tak mampu
mengampuninya, ia pun ikut tersungkur. Ruangan itu sepi, hanya ada Jenny,
Andrew, Richo, dan buku-buku yang menjadi saksi bisu.
“Andrew…!! Bangun..! Bangun…!!”
Jenny menggoyang-goyangkan tubuh Andrew yang sudah tidak bernyawa. Nafasnya tak
beraturan, ia memeluk Andrew dengan erat sesekali ia tertawa seperti orang
gila. Sesekali ia histeris menangis.
***
Pisau itu berada
dalam genggaman Richo, pisau yang menjadi eksekutor bagi Andrew. Sebuah tongkat
baseball yang ditemukan polisi tepat disamping Richo pun dijadikan polisi
sebagai bukti. Richo tak mampu mengelak, bahwa pada kenyataannya dia lah
satu-satunya orang yang dijadikan tersangka pada malam naas tersebut. Seantero
Univesitas tidak menyangka bahwa seorang Richo yang diam dan memiliki prestasi
belajar yang menakjubkan, mampu menjadi seorang psikopat yang sangat
mengerikan. Sedangkan Jenny, korban selamat dari dugaan amukan Richo masih
tidak sadarkan diri di Rumah sakit.
***
Beberapa hari kemudian
“Please gue mohon Ndrew..!” Suara itu persis dengan suara Jenny.
“Gila loe, gak mungkin lah. Loe itu sahabat gue gak mungkin jadi pacar
gue Jen.” Suara Andrew protes, mendengar permohonan Jenny.
“Sumpah demi apapun yang ada di dunia ini gue Cinta sama loe Ndrew.”
Jenny teriak. Andrew tetawa mendengar kata-kata Jenny.
“Loe? Cinta? Jenny.., lihat diri loe..!! loe tuh bukan Mona yang seksi
dan berdada besar. Loe tuh.. arrrggghhhh.. bukan tipe gue Jen.” Hinaan Andrew
membuat Jenny terdiam sesaat. Hening.
“Gue lebih rela loe mati daripada loe jadi milik orang lain.” Ujar
Jenny. Kemudian sepi lagi.
“Brukkk..” Suara itu memecah kesunyian.
“Brukkk..” Suara benda jatuh untuk kedua kalinya terdengar.
“Dasar bodoh, freak man. Idiot.” Cerca Jenny mengamuk. “Nikmatin
perjalanan hidup loe dipenjara..! Gue yakin polisi akan mengira loe yang bunuh
Andrew. PUAS gue.” Ucap Jenny.
Semua saling
berpandangan, mereka sudah tahu siapa yang salah. Untunglah Richo sempat
merekam perbincangan antara Andrew dan Jenny sebelum kejadian naas itu menimpa
Andrew. Dan untung lah handphonenya tidak mati dan mensave semuanya sampai
akhir. Richo bernafas lega, dia bukanlah pembunuh yang ditudingkan banyak
orang. Keadilan memang selalu berpihak pada yang benar. J
Tidak ada komentar:
Posting Komentar